Remembering My Happy Childhood Memories





Bismillah


Childhood (n): a part of life that creates beautiful memories


***


Kenangan masa kecil selalu membekas di hati. Apapun itu, baik kenangan manis maupun trauma masa kecil. Setuju?


Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa memori indah saat masa kanak-kanak akan berdampak sangat baik saat seseorang tumbuh dewasa. Selain itu, kenangan manis masa kecil dapat mempengaruhi kesehatan dan keadaan mental seseorang, sehingga ia bisa terhindar dari stress berat atau bahkan depresi.


Dan sebagai anak kecil di era tahun 80-an, saya patut berbangga hati atas segala yang pernah saya alami. Masa dimana teknologi belum canggih. Masa dimana saat itu hanya ada satu stasiun TV yaitu TVRI. Masa dimana gadget belum hadir 'merusak' kami. Masa dimana permainan tradisional dan mengaji adalah makanan kami sehari-hari. Kami adalah generasi terakhir era itu yang memiliki kenangan termanis dibanding anak zaman sekarang.


Mari kita bernostalgi(l)a, gengs.


Tontonan

Tahun 80-an, kala itu belum ada banyak stasiun TV. TVRI lah yang menemani kami tumbuh dewasa. Hari Ahad adalah hari yang ditunggu-tunggu, bukan untuk menonton kartun, melainkan menonton si unyil, album Minggu, film Little Missy, dan sebagainya. Selain itu, ada satu film horror yang sangat legend, Friday the 13th.


1. Little Missy


Ini salah satu tontonan wajib anak era 80-an. Kalau zaman sekarang namanya telenovela.


Little Missy ini hanya tayang seminggu sekali dengan durasi singkat. Kebayang kan gimana gregetnya.


Kostum khasnya dulu sempat membuat saya terobsesi memiliki gaun yang sama hahaha. Lalu acara naik kudanya itu juga sukses membuat saya menirukan adegan bagaimana ketika si Missy naik kereta kuda. Kalau adegan yang lainnya, alhamdulillah nggak terpengaruh. Kalau anak zaman now sih mungkin akan menirukan, tapi anak zaman dulu beda, entahlah, terbersit dalam benak saja enggak.


2. Little House on the Prairie





Saya lupa-lupa ingat dengan film ini karena ketika melihat opening-nya di Facebook group "Hits from the 80's & 90's" sepertinya pernah menonton, cuman sudah lupa jalan ceritanya. 


3. Aku Cinta Indonesia (ACI)



Salah satu film Indonesia yang wajib ditonton. Dulu belum ada sinetron alay seperti sekarang, yang ada hanya film-film bagus sarat muatan pendidikan. Ini contohnya.


4. Small Wonder




Saya baru tahu judul film ini ketika beranjak dewasa. Dulu saya tahunya cuma Vicki the Robot gitu.


5. Friday the 13th



Friday the 13th film horror yang selalu saya tunggu kalau Kamis malam. Meski takut, tetep aja nonton film ini.


Setelah tahun 90-an, barulah muncul film-film kartun yang saat itu tayang di RCTI. Tapi saya jarang menontonnya karena nggak punya saluran TV selain TVRI. Jadi nontonnya di rumah tetangga. Lalu setelah kakak perempuan saya yang sulung rahimahallah menikah, saya bisa ikut nonton karena dia beli antena TV UHF.
Acara kartun yang saya sukai saat itu adalah Sailor Moon, Doraemon, Yankuro, Dragon Ball. Lalu ada Power Rangers.


Permainan Zaman Dulu

Anak zaman sekarang nggak bakal kenal sama permainan-permainan ini. Saya hanya akan menuliskan sedikit saja karena terlalu banyak permainan jadul yang harus saya ingat.


1. Bongkar Pasang Orang-orangan


Ini permainan wajib bagi anak perempuan. Kalau saya, saat itu biasanya main orang-orangan sambil membuat rumah-rumahan dari tanah.

Saya dulu rela nggak jajan di sekolah hanya demi untuk membeli orang-orangan.


2. Lompat tali



Saya selalu kalah kalau main lompat tali. Mungkin karena saya nggak terlalu tinggi.


3. Main congklak/ dakon


Kalau di daerah asal saya namanya dakon. Karena dulu orang tua saya nggak mampu membelikan satu set permainan dakon ini, ibuk saya rahimahallah membuatkan biji dakonnya dari isi buah asem. Kalau di Jawa namanya klungsu.


4. Bola bekel


Permainan ini seruuuu banget. Saya kurang mahir kalau main ini.


5. Gasing



Dulu suka ngeliatin temen-temen main gasing aja sih karena selalu kalah.


6. Gobag Sodor



Aturannya simple, kita cuma harus menjaga daerah kita agar lawan nggak sampe masuk melewati batas.


7. Engklek



Kalau main ini, saya jagonya hahaha.


8. Ular naga



Permainan ular naga, kalau di Cepu daerah saya namanya seledur. Ada lagunya juga, kalau nggak salah:

Seledur...seledur..

Montra mantri dhahar bubur

Dhola dhola doli

Pak Mantri...Pak Mantri..menjadi kakak pitik
Entah apa maksudnya kakak pitik hahaha.


9. Tepok Tazos dan kartu



Ini sih permainan anak laki-laki tapi saya dulu suka memainkannya bersama keponakan laki-laki saya. Kami suka ngumpulin kartu atau tazos dari jajanan yang kami beli. Seru deh.


10. Ular tangga dan Monopoli


Permainan yang memakai dadu ini mengasyikkan. Biasanya selepas mandi sore, saya dan kawan-kawan main ini. Ada satu lagi ding yang berupa segi tiga dimana kita harus menyusunnya, tapi saya lupa namanya.


11. Patok Lele



Di daerah saya namanya benthik. Saya paling seneng kalau main ini.


Sebenarnya masih banyak lagi sih, cuman sebaiknya itu aja untuk permainan jadul kesukaan saya dan teman-teman.


Mengaji

Zaman dulu sih kalau nggak mau ngaji, dipelototin sama orang tua saja sudah takut hahaha. Beda dengan anak zaman sekarang.


Dulu saya mengaji sama bu Kahar rahimahallah. Tiap Sabtu malam Ahad, saya dan teman-teman ngaji di rumah tetangga dengan mendatangkan bu Kahar tersebut. Dulu tuh seneng banget kalau udah bisa hafal Ayat Kursi, dikasih hadiah sama beliau dan tetangga saya.


Waktu itu saya masih ingat, saya masih kelas 1 SD dan alhamdulillah khatam AL-Qur'an, orang tua saya rahimahumullah membuatkan acara syukuran kecil-kecilan dengan mengundang teman-teman ngaji saya. Rasanya tuh seneeeeeng banget. Bangga gitu.


Pemikiran aneh saat kecil

Jadi saya tuh dulu cerewetnya nggak ketulungan. Pernah suatu saat ada hujan disertai petir dan geledek atau kalau dalam bahasa Jawa namamya gludhug. Nah saya tuh mikirnya di langit sana ada baru yang sangat besaaaarrr sekali lalu menggelinding di langit hahaha. Meskipun orang tua saya sudah menjelaskan fenomena tersebut secara ilmiah, tetep saja saya ngeyel. Dan inilah yang menurun ke anak saya. Kalau saya bilang ini A, dia keukeuh bilang itu B hahaha ya sudah, Renita kecil dia mah.


Trus ada lagi.


Saat itu saya sedang mengaji di rumah. Selesai mengaji, saya lari ke luar rumah. Bapak ibuk saya yang lagi nemenin sambil menyimak saya ngaji, kaget kan, "Kenapa ini anakku". Bapak saya rahimahullah keluar mengikuti saya.


"Kenapa, nduk?"


"Kata bu Kahar, kalau kita rajin mengaji, maka rumah kita akan bersinar, pak. Dek Reni pengen lihat rumah kita bersinar," jawab saya. Polos banget ya.


Bapak saya cuma ketawa trua beliau bilang, "Iya nanti bersinar di Surga"


Ada lagi?


Waktu itu saya melihat ibuk saya rahimahallah sedang haidh. Saya nanya kenapa ibu berdarah seperti itu. Trus ibuk saya bilang, "Ibuk sakit, makanya dek Reni nggak boleh nakal biar ibuk nggak sakit."
Gengs, saya percaya begitu saja hahaha. Tapi bagus sih karena saya akhirnya jadi anak penurut.


Last but not least, dulu ketika saya sakit atau ketika tiba-tiba qadarullah listrik rusak dan saya nggak bisa menonton TV, saya selalu berdoa sama Allah. Gini doa saya kala itu:

"Ya Allah, dek Reni sakit. Rasanya nggak enak, Ya Allah. Sembuhkanlah dek Reni, Ya Allah. Aamiin."


Habis itu saya minum air putih dengan membaca Basmalah dan Surat Al-Fatihah. Qadarullah demamnya berkurang. Dulu masih polos belum banyak dosa, sekarang kebanyakan dosa 😭.


Koreng

Koreng merupakan istilah untuk luka yang selalu membekas. Saya dulu anak yang aktif, sukanya lari. Jadi sering jatuh. Nggak terhitung berapa kali kaki saya penuh dengan bekas koreng hahaha.


Pernah suatu kali saat saya belajar naik sepeda orang dewasa, saya jatuh dan lutut saya tergores seng. Lukanya cukup dalam. Ketika luka itu hampir sembuh, eh dipatok sama ayam, nangis kenceng deh saya. 

Penderitaan belum berakhir. Udah hampir sembuh lagi lukanya, eh qadarullah ketika lagi kejar-kejaran sama kakak laki-laki saya, saya terjatuh dan lutut yang hampir sembuh itu terluka lagi, bernanah lagi 😭.
Sampai sekarang masih ada bekas lukanya. Sungguh kenangan yang takkan terlupakan.


Kenangan Al-Fatihah Bersama Bapak Rahimahullah

Jadi dulu tuh sebelum saya ngaji sama bu Kahar rahimahallah. Saya belajar ngajinya sama bapak saya.

Saya sering mendengar beliau mengaji di kamar depan rumah saya. Karena penasaran, saya masuk kamar dan bertanya banyak hal mulai dari mengapa kita beragama Islam? Mengapa kita harus shalat padahal teman-reman saya yang Nasrani nggak shalat? Allah ada dimana?
Tipikal pertanyaan anak kecil. Bapak saya pun menjelaskannya dengan penuh kesabaran dan bisa saya pahami.


Bapak rahimahullah pun mengajari saya membaca Al-Fatihah. Dan kini saya tahu mengapa beliau mengajarkannya kepada saya. Karena setidaknya 17 kali dalam sehari, saya akan membaca QS. Al-Fatihah dan dalam setiap hurufnya Insya Allah akan bernilai pahala untuk kedua orang tua saya. Pahala yang Insya Allah akan terus mengalir untuk keduanya.


Saya sangat bersyukur bisa belajar banyak hal dan memiliki kenangan indah bersama kedua orang tua saya rahimahumullah. Sekarang giliran saya sebagai orang tua untuk bisa memberi dan menanamkan kenangan manis ke anak saya agar ia senantiasa merasa kami sangat menyayanginya.


My fond relationship with my parents created such fond memories of childhood.  It helps me cope with all the odds.


Semoga Allah memberkahi kedua orang tua, keluarga, dan guru mengaji saya. Aamiin Allahumma Aamiin.


Itulah kenangan manis saya saat kecil. Saya tumbuh menjadi anak yang baik dan percaya diri berkat kedua orang tua saya alhamdulillah. Saya ingat betul bagaimana bapak dan ibuk membesarkan hati saya ketika ada yang mem-bully saya karena tubuh saya yang kecil dan kurus. Bapak saya bilang, "Nduk, pramugari itu toh nggak ada yang gemuk. Semuanya kecil kayak dek Reni. Kecil tapi cantik dan pintar."  Masya Allah mungkin karena afirmasi positif tersebut dan doa beliau lah, saya pun menjadi orang yang penuh percaya diri.


Barakallahu fiik


Photo credit:

pexels.com


Remembering My Happy Childhood Memories Remembering My Happy Childhood Memories Reviewed by Renita Oktavia on Desember 15, 2018 Rating: 5

2 komentar:

  1. Aku dulu juga seneng main orang-orangan yang bongkar pasang itu, Mbak. Mainnya sama temen, jadi berasa punya tetangga, hehe

    BalasHapus
  2. Sepertinya kita besar di era yang sama mbaaak.. hahhaa.. saya tahu banyak hal tersebut. Hahah..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.