Bahagia Itu...





Bismillah


Sebagian orang mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Untuk penganut paham ini, saya kurang setuju, kata siapa uang tidak membeli kebahagiaan? Saat kita membeli coklat atau secangkir kopi hangat untuk dinikmati, Masya Allah, itulah salah satu kebahagiaan yang haqiqi. 😂


Mmm...tiap orang memiliki definisi yang berbeda tentang kebahagiaan.


Untuk pasangan LDM, bahagia itu ketika bertemu kembali dengan kekasih tercinta lalu jantung berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang (bacanya biasa aja, nggak usah sambil nyanyi).


Untuk orang yang sedang sakit, bahagia itu ketika penyakitnya diangkat dan tidak menimbulkan penyakit lain.


Untuk orang yang baru saja lolos dari kecelakaan maut, bahagia itu ketika mereka selamat dengan rentang waktu yang sangat tipisss.


Untuk orang yang telah lama menikah dan memimpikan memiliki buah hati, bahagia itu ketika Allah menakdirkan mereka akhirnya menjadi orang tua.


Dan masih banyak lagi.


Sebagian orang masih belum bisa mendefinisikan bahagia versinya. Ia pun sibuk mencari kesana kemari, berharap ia akan mendapatkan kebahagiaan. Lihatlah beberapa orang yang bergelimang harta tapi jiwanya kosong dari agama. Mereka pun menempuh cara-cara yang keliru demi bisa merasakan kebahagiaan. Mereka mencari bahagia di diskotik, cafe, plesir ke luar negeri, memiliki kondominium, berganti pasangan, memiliki smartphones canggih setiap harinya. Demi apa coba? Demi bahagia.


Yang lebih parah adalah orang yang memaksakan diri tampil "wah" agar dibilang ia bahagia. Apa misalnya? Tiap hari melancong dan membeli barang-barang mewah, padahal semua itu ia peroleh dari berhutang. Ia rela menyiksa dirinya dengan tumpukan hutang hanya untuk label "bahagia". Sebenarnya bukan hidupnya sih yang susah, tapi gaya hidupnya yang tinggi lah yang bikin susah.


Ladies, ada satu petuah dari orang tua saya, bahwa hidup itu harus nrimo ing pandum atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, hidup itu harus merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan untuk kita. Atau kalau boleh saya samakan dengan kata qanaah.


"Nek atine kemrungsung, uripe yo bakal kemrungsung."


"Kalau hatinya nggak tenang, grusa-grusu, maka hidupnya pun nggak bakal tenang."


Kira-kira demikian.


Orang tua saya juga mengajarkan, "Ora usah iren maran kamulyan wong liyo, kabeh ning ndonya iki wes ono jatahe dhewe-dhewe. Wong liyo sing katon bungah, uripe kepenak, bondho cemepak, durung karuwan atine seneng. Dadi wong ki kudu sawang sinawang." (Tidak usah iri dengan hidup orang lain, semua yang ada di dunya ini sudah diatur dan punya jatah masing-masing. Orang yang dari luar terlihat bahagia, hidupnya enak, harta berlimpah, belum tentu hidupnya benar-benar bahagia. Orang itu harus mampu melihat kehidupan dari sisi yang berbeda).


Apa intinya? Intinya adalah bahwa hidup harus banyak bersyukur karena kebahagiaan itu ada di dalam hati, bukan pada banyaknya harta, simpanan, dan tahta.


Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda:


“Empat hal yang menjadi sumber kebahagiaa: Istri shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan tunggangan yang nyaman. Empat hal sumber kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang durhaka, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang tidak nyaman.” (HR. Ibn Hibban dan sanadnya dinilai sahih oleh Syuaib al-Arnauth).


Jelas sudah apa yang Rasulullah sampaikan.


Siapa yang tidak bahagia jika memiliki pasangan yang shalih atau shalihah? Suami yang shalih, istri yang shalihah adalah rizki yang luar biasa nikmat. Betapa tidak? Bayangkan jika pasangan kita suka melirik kanan kiri, suka merayu wanita atau pasangan kita suka mengumbar aurat dan berduaan dengan lelaki lain. Kira-kira hati kita bakal tenang nggak? Nggak, yang ada cuman pengen jadi serial killer.


Rumah kita sempit dan masih ngontrak? Nggak masalah, asal ada abang, Hayati rela, bang. Eh...apaan sih? Maksudnya, rumah sempit dan tidak itu tergantung bagaimana hati kita. It's not about the house, but the home that matters. Mau rumahnya seluas dua kali lapangan bola tapi kalau hati nggak tenang, maka rumahnya jadi berasa sempit.


Tetangga yang baik itu nikmat banget. Kenapa? Mereka lah yang pertama kali tahu keadaan kita. Mereka lah yang pertama kali menolong kita saat kesusahan. Tetangga yang baik itu membuat hati jadi tenang, kita tidak merasa terganggu dengan lisan dan perbuatannya yang menyakitkan.


Bersyukurlah yang telah memiliki tungganhan yang nyaman. Apa misal? Mobil, syukur alhamdulillah kalau punya jet pribadi. Tapi meski cuma sepeda motor butut, syukurilah, asal bukan hasil riba. Bersyukurlah karena masih bisa jalan-jalan naik sepeda motor. Bayangkan mereka yang hanya punya sepeda onthel. Yang punya sepeda onthel juga bersyukur, karena masih banyak orang yang belum bisa memiliki sepeda.


Kalau kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tanda kebahagiaan itu ada 3:




1. Bersyukur ketika mendapat nikmat

Nggak semua orang lho bisa merasakan nikmat-nikmat dari Allah. Hanya orang-orang beriman saja yang merasa bahagia atas segala nikmat.


Rasa syukur terhadap nikmat ini dibangun di atas 5 landasan, yaitu tunduk kepada yang memberinya nikmat, cinta kepada yang memberi nikmat, mengakui nikmat yang diberikan, memuji yang memberi nikmat, dan tidak menggunakan nikmat tersebut untuk menyelisihi yang memberi nikmat.


2. Sabar ketika mendapat cobaan

Sabar disini nggak hanya sekedar ucapan belaka, tapi juga memenuhi rukun sabar. Apa rukun sabar? Menahan hati untuk tidak marah atas takdir Allah, menahan lisan untuk tidak curhat kepada makhluk, dan menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang syariat ketika tertimoa musibah, misal merobek baju, menampar pipi dan memukul dada.


3. Bertaubat ketika berbuat dosa

Sungguh beruntung orang yang ketika berbuat dosa, ia lantas menyesal, malu kepada Allah dan bertaubat dengan taubat nasuha.

Kok saya berasa ngisi kajian sih?


Iya, sis. Udah, to the point aja. Definisi "bahagia" menurutmu itu apa, Seus?


Baiquelah. Hayati akan jawab. Bagi saya, bahagia itu...

Bisa bangun pagi dalam keadaan sehat

Saya nggak bisa membayangkan kalau saya bangun tapi ternyata sudah berada di dunya lain. Kan serem, belum banyak bekal yang saya kumpulkan trus tiba-tiba harus singgah di alam kubur.


Dan untuk hal ini, suami saya bawel, "Sebelum tidur tuh wudhu dulu biar tenang". Kan, dia sama bawelnya kayak saya.


Punya suami yang shalih dan sehat

Jujur nih, saya merasa saya ini belum menjadi istri yang shalihah. Kenapa? Saya kadang masih suka marah-marah ke suami, apalagi kalau dia nggak ngerti bahasa kalbu. Udah dikasih manuver bibir cemberut manyun 10cm eh dianya lempeng aja nggak merespon pesenan terang bulan ane. Kan syebeelll.


Alhamdulillah suami saya baik. Cuman ya itu, hobi banget baca buku, hampir tiap bulan koleksi buku dia bertambah. Sebagai istri yang cantik, saya iya'in aja. Masih mending nambah buku, daripada nambah istri dududududu....


Punya anak yang shalih, sehat, dan pintar

Kebahagiaan bagi seorang emak itu nggak macem-macem, cukup dengan melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang shalih dan shalihah, sehat, dan pintar itu sudah alhamdulillah banget.


Kebayang kan mak kalau anak lagi sakit? Saya sampai nangis kalau 'Aashim sakit, dunya terasa berhenti berputar.


Punya tetangga yang baik

Ini tuh Masya Allah banget. Alhamdulillah saya memiliki tetangga yang baik semua. Mereka menerima kehadiran saya dengan tangan terbuka. Mereka juga membantu memperbaiki genteng rumah kontrakan saya yang bocor, bahkan semua biaya ditanggung warga. Kurang apa coba?


Mengingat tidak semua orang bisa menerima kehadiran wanita bercadar dan lelaki bercelana cingkrang, saya bersyukur sekali diberi nikmat tetangga yang menenangkan.


Bisa ngopi

Duh, kalau ini mah jangan sampai ketinggalan. Sehari nggak ngopi itu rasanya kayak nggak ngopi sehari. I'm so addicted to coffee. Nggak tahu juga sih kenapa bisa nyaman kalau udah nyicip kopi seteguk.
Alhamdulillah banget pokoknya.


Taraaaa...itu dia 5 kebahagiaan sederhana ala saya.


Sebagai penutup, ada sebuah kutipan penyemangat nih dari Hasan al-Bashri rahimahullah:

“Wahai anak Adam! Kalian tidak lain hanyalah kumpulan hari, setiap satu hari berlalu maka sebagian dari diri kalian pun ikut pergi.”


Jangan biarkan satu hari berlalu tanpa melakukan ketaatan dan bersyukur kepada Allah Ta'ala.


Semoga bermanfaat yah.


Barakallahu fiik


Referensi hadits:
konsultasi syariah


Photo credit:
instagram.com/ @campinspiration
Bahagia Itu... Bahagia Itu... Reviewed by Renita Oktavia on Desember 17, 2018 Rating: 5

4 komentar:

  1. Waw, sama nih, sekarang aku juga suka ngopi. Padahal sempet sakit asam lambung, jadi kudu hati-hati. Alhamdulillah sekarang sudah ngerti gimana cara ngopi yang baik, terus enggak kumat lagi. Senang hatikuuu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sebelum ngopi harus makan dulu mbak Yos, kalau nggak gitu ntar dijamin nggak bakal makan. 😁

      Btw makasih mbak udah berkenan mampir 💐💐💗💗

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.