Wahai Ayah, Dunia Ini Membutuhkanmu

Wasiat Luqman Hakim



Bismillah


Pernahkah terbersit dalam pikiran kita, mengapa di dalam Al-Qur’an lebih banyak disebutkan dialog seorang ayah dengan anaknya? Mengapa tidak disebutkan dialog sang ibu saja?


Dialog ibu dan anak sangat jarang kita temukan di dalam Al-Qur’an karena memang ibu lah yang lebih banyak berinteraksi dengan sang anak. Setiap saat, ia membersamai anaknya, mengajarkan berbagai hal dari rumah. Berbeda dengan ayah. Ayah memiliki tanggung jawab menafkahi keluarga. Ia lebih banyak berada di luar rumah.


Berbicara tentang ayah, mengingatkan saya tentang betapa bangsa ini tumbuh menjadi bangsa yang fatherless, konsep yang dipaparkan oleh bunda Elly Risman. Beliau mengungkapkan bahwa telah hilang kepemimpinan di dalam rumah. Akibatnya, pendidikan spiritual anak terabaikan.


Dan di zaman yang penuh dengan fitnah/ ujian saat ini, tantangan berat harus dihadapi setiap orangtua. Sebagian orangtua mengeluhkan betapa berat mendidik anak-anak. Berbagai godaan datang menghampiri silih berganti.


WASIAT LUQMAN HAKIM

Sosok ayah dalam sebuah keluarga sangatlah penting. Dan Al-Qur’an menyuguhkannya melalui kisah Luqman Hakim.


Ada yang belum mengenal siapa Luqman Hakim? Bukan…bukan…bukan bapak Menteri Agama kita saat ini. Luqman Hakim yang ingin saya ceritakan di sini adalah seorang wali Allah, seorang yang hakim (bijak) dengan hikmah yang Allah berikan kepadanya.


Belajar dari Luqman, beliau membekali anak-anaknya dengan iman, tauhid, dan aqidah yang kokoh sebagai pondasi. Apa saja wasiat Luqman untuk anaknya?

1. Wasiat agar tidak berbuat syirik

Hal ini disebutkan dalam QS. Luqman ayat 13.

Seorang ayah tidak menginginkan apapun dari anaknya melainkan kebaikan. Untuk itulah Luqman menasehati anaknya dan berwasiat kepadanya.

Wasiat pertama yang ia sampaikan adalah pentingnya tauhid. Ia mewasiatkan kepada anaknya untuk menyembah Allah semata, tidak berbuat syirik, dan tidak menyekutukan Allah dengan apapun. Ia pun kemudian memberi peringatan bahwa tidak pantas bagi seorang hamba, membuat tandingan bagi penciptanya.


2. Wasiat untuk berbakti kepada kedua orang tua.

Luqman menggabungkan wasiat kepada anaknya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dengan wasiat untuk berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana Allah wajibkan. Karena tidak sempurna ketauhidan seseorang jika ia belum berbakti kepada kedua orang tuanya.


3. Wasiat tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allah.

Wasiat lain yang diberikan Luqman berkaitan dengan berbakti kepada kedua orangtua adalah seorang anak tidak boleh taat kepada kedua orangtuanya dalam hal maksiat kepada Allah.

Berbakti kepada kedua orang tua itu mutlak adanya. Akan tetapi seketika gugur bahkan diharamkan jika ternyata orang tua meminta anak melakukan maksiat kepada Allah. Ketaatan kepada Allah harus dijadikan prioritas utama dan didahulukan daripada ketaatan kepada selain-Nya.


4. Wasiat bahwa tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari Allah dan Dia akan memperhitungkannya.

Luqman berkata kepada anaknya (QS. Luqman: 16) bahwa amal baik dan buruk yang dikerjakan seseorang, sekecil apapun itu, bahkan jika sekecil biji sawi, maka pasti akan dibalas oleh Allah.


5. Perintah shalat dan lainnya.

Dalam QS. Luqman: 17, maksud wasiat Luqman adalah ia memerintahkan anaknya untuk mendirikan shalat. Ia juga berwasiat kepada anaknya untuk ber-amar makruf nahi mungkar sesuai kemampuan, lalu bersabar jika mendapat halangan. Karena bersabar atas gangguan manusia termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.


6. Larangan berbuat sombong.

Luqman kembali berwasiat kepada anaknya, sebagaimana termaktub di dalam QS. Luqman ayat 18-19:


"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan Janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."

Maksud perkataan Luqman adalah jangan memalingkan muka ketika berbicara kepada orang lain dan ketika mereka bicara kepadamu. Bermuka cerialah kepada manusia, jangan congkak, jangan terlalu cepat ketika berjalan, pun jangan terlalu lambat. Lirihkan pula suaramu karena berbicara sambil berteriak itu tidak disukai orang. Karena suara yang paling kasar adalah suara keledai.


HIKMAH WASIAT LUQMAN HAKIM KEPADA ANAKNYA

Pelajaran apa yang bisa diambil dari wasiat Luqman tersebut? Ia tidak membiarkan anaknya tanpa ada pendidikan dan arahan. Ia memberi nasehat dan mengajarkan apa yang bermanfaat dan dibutuhkan anaknya.


Luqman mendidik anak-anaknya tentang kewajiban mereka, yang meliputi urusan aqidah, ibadah, akhlaq dan mu’malah. Ia juga menekankan wajibnya menunaikan hak kepada orang yang berhak mendapatkannya dan batasan ketaatan yang diperbolehkan dan yang terlarang kepada selain Allah.


KISAH NABI YUSUF ALAIHISSALAM DAN AYAHNYA, YA’QUB ALAIHISSALAM

Kisah menarik lainnya datang dari Nabi Yusuf 'alaihissalam. Saat itu istri seorang pejabat sedang menggodanya. Mereka berada dalam satu ruangan. Allah pun berfirman dalam QS. Yusuf ayat 24 untuk menggambarkan suasana hati Yusuf.


Keduanya sama-sama tertarik satu sama lain. Tapi Yusuf mampu menolak syahwat yang tinggi karena melihat tanda dari Tuhannya. Bukankah tidak mudah memadamkan syahwat yang memuncak? Lalu tanda apa yang dia lihat?


Saya pernah membaca tafsir Ibnu Katsir terkait hal ini. Intinya, bahwa yang hadir sebagai tanda bagi Yusuf adalah bayangan wajah ayahnya, Ya’qub 'alaihissalam, yang sedang menggigit kedua jari telunjuknya, lengkap dengan ekspresi marah dan kecewa.


Ya’qub (ketika hadir dalam situasi yang dihadapi Yusuf) memberikan teguran dan nasehat kepada putranya bahwa Yusuf adalah keturunan orang-orang mulia, maka tidak pantas baginya melakukan hal bodoh yang mencoreng nasabnya.


Luar biasa, bukan? Dalam keadaan terdesak, wajah Ya’qub hadir. Ekspresinya yang marah pun terlihat jelas oleh Yusuf. Ini artinya Ya’qub sangat berpengaruh dalam kehidupan putranya. Kedekatan antara keduanya dan kebanggan Yusuf terhadap ayahnya mampu memadamkan masalah yang sangat besar.


SOSOK AYAH DI ZAMAN SEKARANG

Bagaimana ayah di zaman sekarang? Sebagian dari mereka lebih suka menyibukkan dirinya tenggelam dalam urusan pekerjaan. Mereka hampir tidak punya waktu bercengkrama dan mengobrol hangat dengan anak.


Jika ibu diibaratkan madrasah, maka ketahuilah wahai para ayah, engkaulah Kepala Sekolahnya. Jadilah ayah yang berwibawa, ramah, dan membanggakan bagi anak-anakmu. Jadilah penasehat ulung yang tegas. Mungkin hari ini kau tak didengar, teruslah menasehati karena kelak anak-anakmu akan berterima kasih kepadamu. Jangan berhenti.


Wahai ayah, dunia ini akan menjadi lebih baik jika kau membekali anak-anakmu sebagaimana Luqman dan Ya’qub membekali anak-anak mereka. Hadirkan dirimu dalam kalbu buah hatimu. Penuhi dada mereka dengan ketaqwaan. Hembuskan betapa mereka adalah calon orang besar bernasab mulia yang khusus dikirim oleh Allah untuk segenap manusia.


Ayah…nasehati anak-anakmu tentang keburukan dan dosa agar mereka terhindar darinya. Nasehati mereka tentang kebaikan agar mereka selalu menjaganya.


Ayah…jika ada ayat Allah di muka bumi ini…maka itu adalah engkau.


Semoga yang sedikit ini bermanfaat.


Barakallahu fiik


Photo credit:
pexels.com/ Negative Space


PS. Ditulis ulang saat mengenang ayahanda tercinta rahimahullah. 


Wahai Ayah, Dunia Ini Membutuhkanmu Wahai Ayah, Dunia Ini Membutuhkanmu Reviewed by Renita Oktavia on Januari 02, 2019 Rating: 5

3 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.