A Full-Time Mommy And A Part-Time Blogger





Bismillah


Jika ditanya, pilih mana? Menjadi seorang full-time blogger atau part-time blogger? Well, saya akan memilih menjadi part-time blogger and a full-time mommy. Karena tidak mungkin bagi saya duduk di antara dua kursi, nggak nyaman. Sebagaimana dulu ketika saya masih bekerja sementara saya menginginkan memiliki seorang anak, ya saya harus memilih antara pekerjaan atau mengikuti program hamil dimana dokter bilang saya nggak boleh terlalu capek. Waktu itu, pekerjaan sebagai guru menuntut saya untuk bekerja optimal dan professional. Akhirnya, saya memutuskan untuk resign dan fokus mengurus keluarga.



Dan sekarang, saya baru saja memulai 'kehidupan baru' (lagi) sebagai seorang blogger setelah bertahun-tahun hibernasi. Kesibukan...oh bukan...lebih tepatnya sok sibuk saja di dunia nyata, hingga lupa pernah memiliki 'kebun' yang telah lama tak terurus. Untungnya saya masih ingat 'jalan pulang' ke kebun tersebut. Dan begitu melihat ada kesempatan untuk 'berkebun' kembali, saya bergegas menjemputnya.



Sebenarnya, cita-cita saya adalah menjadikan blog ini sebagai salah satu sumber penghasilan. Jadi seperti hobi yang dibayar gitu, cuman ketika melihat bahwa blog saya masih begitu banyak kekurangan, saya jadi mikir, kayaknya harus diperbaiki dulu. Mulai dari cara menuliskan konten hingga mempercantik tampilan blog. Terus terang, saya udah ngebet banget ikut kelas kepenulisan, cuman belum tahu jalan ke sana. Meski pernah ada workshop kepenulisan yang disponsori salah satu digital platform, saya sama sekali tidak tertarik untuk mengikutinya. Kenapa? Saya ingin memilih guru yang terbaik, bukan guru yang membuat saya mengernyitkan dahi ketika membaca tulisannya.



Selama ini, suami sih yang ngutak ngatik blog karena saya nggak ada waktu untuk itu di rumah. Pegang gawai saja sudah bikin anak saya teriak-teriak, apalagi pegang laptop. Jadi tugas saya cuman nulis aja meski nggak mudah juga.



Sebagai seorang istri dan ibu, kewajiban utama saya ya ngurus suami dan anak, adapun hal lain di luar itu, akan saya lakukan kalau ada waktu luang. Hal seperti ini sebenarnya nggak bagus juga sih kalau ingin me-monetized blog.



Nggak mudah juga menjadi seorang part-time blogger, meski mungkin banyak ibu-ibu di luar sana berprofesi sama seperti saya. Mereka juga punya batita, mengurus keluarga, dan bisnis, tapi toh nyatanya bisa menjalani peran sebagai part-time bahkan full-time blogger yang profesional. Yah, itu sih karena beda latar belakang saja. Sebelas dua belas lah kayak Nia Ramadhani, dia bisa menjadi ibu yang nyantai ya karena hidupnya serba berkecukupan, nggak perlu repot-repot pontang panting kesana kemari ngurus keluarga, toh ada pembantu, mau apa saja ya keturutan. Beda dengan ibu-ibu yang untuk ngurus diri sendiri aja kadang lupa.



Kembali ke laptop. Bagi saya, menulis itu sebaiknya dilakukan dalam suasana yang mendukung agar aliran ide nggak terputus. Unfortunately, kadang saya harus menulis dalam posisi berdiri atau jongkok di dapur. Kenapa? Ya karena anak saya akan teriak ngrecokin kegiatan tulis-menulis saya. Dan jujur saja, menulis dalam keadaan seperti itu membuat saya tidak nyaman. Kan nulisnya bisa malem, sis? Pengennya gitu, tapi kalau udah ngelonin si kecil, biasanya emak turut serta ke pantai kapuk. Dan ketika bangun pagi trus pengen nulis, tuh bayi ikut bangun juga. Susyaaahhh.



Mungkin nanti ketika dia udah sekolah, mulai sedikit ada waktu longgar bagi saya untuk menulis. Sekarang ya dijalani aja perannya sebagai full-time mommy and a part-time blogger.



Dah gitu aja, Esmeralda.



Barakallahu fiik



Photo credit:

pixabay.com





































A Full-Time Mommy And A Part-Time Blogger A Full-Time Mommy And A Part-Time Blogger Reviewed by Renita Oktavia on Desember 12, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.